Sabtu, 27 Oktober 2012

Sungai Handil Bakti Terancam Mati

Sungai Handil Bakti yang berada persis di tepi jalan raya yang menghubungkan Kalsel-Teng tersebut kini kondisi semakin memprihatinkan. Sungai yang dulunya menjadi andalan masyarakat sebagai jalur transportasi alternatif menggunakan Kelotok atau Jukung kini mengalami penyempitan dan pendangkalan. Ironisnya keadaan ini semakin diperparah dengan banyaknya sampah yang kerap membuat sungai tidak bisa dilewati oleh kelotok atau Jukung. Sumber sampah ini diduga berasal dari masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai itu sendiri serta pedagang-pedagang buah yang "nakal" yang tidak memperhatikan kebersihan sungai dengan "menebar" bekas box buah dan bungkusan lainnya kesungai.
Keadan Sungai Handil Bakti

Faktor sampah bukan satu-satunya yang mengancam Sungai Handil Bakti ini, banyaknya bangunan jembatan yang dibangun tanpa memperdulikan nasib sungai turut menjadi "pembunuh" sungai secara perlahan tetapi pasti. Sebagian besar jembatan yang "bermasalah" ini dibangun terlalu rendah atau terlalu menjorok kesungai sehingga memakan badan sungai. Selain mengurangi kecepatan arus sungai yang dapat berakibat pada bloomingnya teratai dan rumput purun tikus, rendahnya bangunan jembatan otomatis mengakibatkan Kelotok dan Jukung tidak dapat melintas. Hal ini sudah dapat dilihat di sekitar kilometer 11 dimana sungai tersebut sudah "mati" karena pertumbuhan rumput purun tikus yang sudah menutupi badan sungai lantaran tidak pernah lagi ada "Kelotok" yang melintas akibat adanya jembatan yang dibangun sangat rendah yang tidak memungkinkan untuk dilewati bahkan Jukung sekalipun sangat susah. Sebagai mana kita ketahui lalu lintas Kelotok secara tidak langsung dapat mengontrol pertumbuhan purun tikus ataupun teratai, karena baling-baling akan memotong bagian rumput atau teratai yang dilintasi sehingga tidak sampai menutup keseluruhan badan sungai.

Tempat pembuangan sampah sementara yang berada di pinggiran sungai
Rasanya sangat mustahil jika pembangunan jembatan terutama yang bersifat permanen tidak diatur didalam perda. Lantas yang menjadi pertanyaan jika perda tersebut ada kenapa dalam kenyataannya sungai-sungai ini terancam akibat pembangunan jembatan yang tidak ramah dengan sungai inilah yang harus diatasi. Mengingat di Banjarmasin tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk "menghidupkan" kembali sungai-sungai yang mati tentunya bisa menjadi pelajaran bahwa mencegah dari sekarang pastinya merupakan pilhan bijak.
Terlepas apakah ini karena kelambanan atau kekurang pedulian pemerintah, yang sangat minim sosialisasi sehingga rendahnya kesadaran masyarakat tentang menjaga dan memelihara sungai atau memang kurang peka nya masyarakat itu sendiri terhdap pentingnya menjaga sungai yang merupakan titipan anak cucu untuk dijaga dan dipelihara bukan warisan  nenek moyang yang bisa diperlakukan seenaknya. Pemerintah dan semua elemen masyarakat hendaknya segera bekerjasama bahu-membahu untuk mencarikan solusi terbaik  agar keberadaan sungai ini bisa tetap terjaga keberadaan dan fungsinya

ARTIKEL TERKAIT:

mjumani, Updated at: Oktober 27, 2012

0 komentar:

Posting Komentar

 

mjumanion