Ular kepala dua, begitulah ia dikenal. Tentunya nama tersebut bukan di ambil dari pepatah Bagaikan Ular Berkepala Dua ataupun pepatah lainnya yang serupa. Nampaknya nama tersebut diberikan karena ular ini memiliki ekor yang tidak begitu meruncing, tetapi berbentuk tumpul sehingga terkadang sulit membedakan mana kepala yang asli dan mana ekornya.
Nama ilmiah ular kepala dua ini adalah Cylindrophis ruffus dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Red-tailed Pipe Snake atau Common Pipe Snake. Sesuai dengan namanya, tubuh ular ini berbentuk silindris. Merupakan salah satu spesies ular primitif yang tidak berbisa. Namun ular ini memiliki kebiasaan yang unik dan justru sering membuatnya berada dalam masalah ketika bertemu manusia. Kebiasaan ular ini ketika terganggu ialah dengan menggulung tubuhnya dan menyembunyikan kepalanya, serta menegakkan ekornya tinggi-tinggi. Postur ekornya yang memipih dan melengkung dengan tepat, mengingatkan kita pada rupa seekor kobra yang sedang marah, meski berukuran lebih kecil. Hal inilah yang kadang justru membuat manusia yang kalap berusaha dengan brutal membunuhnya. Padahal ular ini tidak berbisa dan tidak pernah menggigit manusia.
Cylindrophis ruffus pertama kali saya liat langsung saat malam hari (hewan nokturnal), waktu itu gerimis masih berlangsung dan saat hendak turun kehalaman adik saya melihatnya dan lantas memanggil saya. Penasaran, lantas saya bergegas menuju halaman, benar saja ular tersebut tampak tidak bergerak seakan sedang bersantai. Karena warna dan bentuknya yang cukup aneh, saya tidak berani memegannya dan mengambil ranting dan berusaha menyentuhnya dengan harapan segera membuatnya beranjak pergi, namun alangkah kaget, bukannya dia berjalan atau lari ular tersebut membentuk formasi yang menakutkan seperti diatas, posisinya mirip ular derik menurut saya. Untungnya saya tidak mudah terprovokasi sebagaimana kebanyakan orang awam yang lantas mengambil batu atau pemukul dan membunuhnya.
Maysarakat memang perlu memahami pentingnya menjaga kelestarian flora khususnya ular semacam Cylindrophis ruffus ini. Acapkali tanpa sadar masyarakat sudah terdokrin seakan-akan semua ular adalah berbisa dan membunuhnya adalah jalan terbaik. Padahal kita tahu bahwa setiap jenis makhluk hidup memiliki peran mereka masing-masing di dalam ekosistem, kehilangan salah satu jenis akan membuat alam alam terganggu keseimbangannya.
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar