Hutan Rawa di Handil Bakti Semakin Terancam
Sedikit cerita tentang desa ku, hmm.. meski gak terkenal aku senang bisa tinggal di Desa yang kini sudah mulai mengalami perubahan akibat imbas dari perkotaan. Desa yang ku tinggali bernama Handil Bakti, sebuah desa yang termasuk wilayah kecamatan Alalak dan masih dalam wilayah Kabupaten Barito Kuala. Meski termasuk wilayah Kabupaten Barito Kuala, masyarakat di Desa Handil Bakti lebih cenderung bergantung dengan Kota Banjarmasin karena memang aksesnya jauh lebih dekat ketimbang ke ibu kota kabupaten yaitu marabahan. Desa berpenduduk lebih dari 4 ribu jiwa ini berbatasan langsung dengan Kotamadya Banjarmasin di bagian selatan, ke arah utara ada Desa Mandastana, sedangkan di sebelah timur ada Desa Semangat Dalam dan di barat berbatasan dengan Desa Berangas Timur dan Desa Tatah Mesjid.
Perkembangan desa dalam beberapa tahun ini cukup pesat, Desa Handil Bakti berpenghuni lebih dari 4 ribu dengan mata pencaharian penduduk antara lain sebagai petani, pedagang, buruh dan menjadi pegawai baik negri maupun swasta. Semakin banyaknya komplek-komplek perumahan yang didirikan mengindikasikan bahwa desa ini setiap tahunnya selalu kedatangan pendatang dari berbagai daerah.
Namun imbas dari perkotaan tidaklah semuanya berdampak baik, meski sarana umum dan sarana penunjang semakin lengkap ada masalah-masalah perkotaan yang kini juga muncul di desa ini, sebagai contoh adalah sampah. Tidak adanya TPS untuk menampung sampah/limbah rumah tangga membuat warga yang kurang peduli menentukan sendiri daerah untuk membuang sampah misalnya di pinggir jalan raya. Ini tentu sangat di sayangkan.Saat tempat pembuangan ilegal itu di tutup oleh pemiliki area tanah, akhirnya dibuka lagi tempat penumpukan sampah baru yang ujung-ujungnya semakin nampak kurang pedulinya masalah kebersihan lingkungan.
Tidak hanya masalah sampah, banyaknya pendatang baru dimanfaatkan betul oleh infestor untuk mendirikan komplek-komplek perumahan baru dengan mengkonversi hutan-hutan rawa yang ada. Tak di sangkal, hutan rwa di Desa Handil Bakti ini kian menyempit. Menyempitnya hutan rawa ini tentu berdampak pada daerah ini secara tidak di sadari. Walaupun begitu setiap tahun komplek perumahan baru semakin bertambah.
Desa Handil Bakti memiliki areal hutan sekitar 198 ha dan jumlah ini terus berkurang selain karena konversi menjadi lahan pertanian taupun pemukiman, berkurangnya areal hutan karena banyak aktifitas warga yang menebang hutan yang kayunya digunakan untuk kayu bakar dan pondasi bangunan.
Akses ke kota yang semakin mudah membuat para pencari kayu di hutan rawa yang di dominasi oleh Galam (Malaleuca cajuputi) ini semakin bersemangat, truk-truk pengangkut kayu Galam ini terlihat melintasi jalan raya tran Kalsel-teng menuju Banjarmasin. Kayu-kayu itu ada yang berdiameter besar maupaun berdiamater kecil. Dahulu Galam dengan diameter lebih dari 30 meter masih banyak di jumpai di hutan-hutan rawa, namun kini sudah sangat sulit ditemui, selain karera tidak adanya larangan untuk menebang kayu, semakin sulitnya mencarai kayu gelondongan menjadikan sebagian pengusaha kayu menjadikan Galam sebagai alternatif pengganti untuk membuat papan selain menggunakan batang kelapa.
Kesemua aktifitas, baik itu konversi lahan rawa untuk pemukiman, penebangan kayu Galam untuk berbagai keperluan dan pembukaan areal pertanian tentu akan menggaggu ekosistem rawa itu sendiri. Beberapa spesies tumbuhan mungkin saja makin terdesak, sebagai contoh adalah area hutan rawa yang dulu pernah saya jadikan tempat bermain sewaktu kecil yang cukup banyak di jumpai buah khas daerah rawa misalnya pelipisan, rawa-rawa, balangkasuwa dan ketapi kini sudah tidak ada lagi. Pohon-pohon itu ditebang dan telah di uruk dengan tanah merah dan diatasnya berdiri rumah-rumah yang letaknya diatur sedemikian rupa.
Hutan rawa sebenarnya memiliki banyak keunikan dan tentunya memiliki kenangan tersendiri bagi saya. Mau tau serunya pengalaman saya sewaktu kecil di hutan rawa ? baca Keunikan hutan rawa...
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar