Oleh : Tina
Aku ingin menjadi manusia ikhlas
Saat aku menuliskan ini kepalaku masih sangat pening, mataku masih merah, hidungku pun masih sakit, tapi aku tak menangis lagi. Saat ini aku masih tak perduli kalau nantinya aku akan menyesal telah menurunkan tulisan ini di sini. Kalau saja suatu saat setelah tulisan ini diturunkan aku akan kena perkara atau lebih buruk dari itu, aku belum peduli. Saat ini pikiranku kosong dan aku tak mau itu memicuku melakukan hal-hal yang buruk. Lebih baik aku tak membuang-buang waktu untuk meratap. Aku tak mau jadi cengeng! Jadi aku ingin membagi hal buruk yang hari ini kualami agar yang lain lebih waspada dan bisa mempelajari apa yang terjadi padaku dan tidak terulang pada yang lain. Ini hanya agar aku punya kesibukan...karena sebelum hari ini banyak sekali waktu yang telah sengaja ku buang sia-sia. Sungguh aku menyesal!! Lebih dari yang kalian pikir.
Hari ini Rabu. Buatku Rabu adalah hari biasa, tak ada yang istimewa! Cuma saja hari ini aku kena jadwal piket bersih-bersih rumah di kontrakan yang ku sewa selama sisa-sisa waktuku sebagai mahasiswa. Bangun pagi aku melakukan aktivitas rutinku. Membersihkan dan merapikan kamar, mencuci pakaian yang sebenarnya belum menumpuk_karena kamar baruku ini sangat sempit jadi aku tak akan pernah tahan jika harus melihat gunungan kain kotor di kamarku_, dan mengobrol panjang lebar dengan ayahku di telpon yang dikonfrens dengan ibuku di rumah sambil sarapan. Agendaku hari ini adalah browsing bahan untuk skripsiku. Tak banyak sebenarnya yang ingin kucari hanya saja aku ingin menambah beberapa gambar bagus untuk melengkapinya. Jam 09.30 wita aku ke kampus dan mencari teman-temanku yang sudah lebih dulu online. Saat itu kampus penuh mahasiswa berseragam hitam putih, aku dan temanku termasuk yang tidak berseragam karena hari ini kami tak ada final. Maklum, kami sudah di tingkat akhir. Empat jam aku browsing dan online di kampus. Selama itu hanya beberapa gambar yang kucari sisanya aku online di facebookku sambil bergurau dengan teman-temanku. Menjelang jam 2 tinggal satu temanku yang bersamaku. Kami memutuskan untuk off dan makan siang di samping markas Menwa. Lepas dari sana aku pulang ke kontrakan niatku untuk langsung mengedit naskah agar besok aku bisa konsultasi karena rencananya minggu ini aku mau pulang kampung lagi jadi semua urusan kampus harus segera di selesaikan. Sebelum ke kontrakan aku berbelok ke sebuah toko untuk membeli sesuatu. Tak jauh dari rumah kontrakanku, kira-kira 100 meter. Aku memarkir motorku tepat di depan gerbang toko yang merangkap rumah itu. Aku turun dan langsung menyambangi penjaga toko. Karena saat itu penjaga tokonya masih melayani pelanggan lain aku sabar menunggu giliran. Entahlah, mungkin naluri, atau apalah. Aku menoleh ke motorku untuk memastikan barang kesayanganku_ nyawaku sebagai mahasiswa, kotak ajaibku, tempat curhatku, dan segala-galanya pokoknya, karena aku bingung harus menggambarkan seperti apa sayangnya aku pada benda ini_masih bergantung di sana, ternyata_anehnya_gantungan
Dengan lutut lemas aku melangkah ke motorku dan gugup membawanya menuju rumah kontrakanku. Sampai kakiku lolos saat mencoba mengganti gigi dan sampai saat ini masih berdenyut-denyut. Tapi itu tak ada artinya dibandingkan perasaanku saat itu. Aku memikirkan bagaimana usaha ayahku untuk membelikanku barang itu! Omelan ibuku yang mewanti-wantiku untuk menjaga barang itu dengan baik! Dan apa yang sudah kulakukan?? Dengan sangat mudah barang itu lenyap seketika!! Teganya aku pada mereka! Kejamnya aku menyakiti perasaan mereka! Bodohnya aku membuat semua itu bisa terjadi! Betapa penghianatnya aku pada kepercayaan mereka!
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar