Mjumani.net - Tulisan kali ini bukanlah share cara menjadi bintang kelas atau cara agar menjadi rangking 1. Tetapi hanya sepenggal cerita mengenai seseorang yang mengubah kehidupanku semasa di sekolah dasar. Cerita ini adalah cerita real dan benar-benar pernah terjadi belasan tahun silam, sekedar mengingat masa lalu yang mulai pudar terkikis waktu.
Dewi Ratna Hasanah, seorang anak perempuan kelahiran 1987 ber Shio Kelinci memiliki perawakan tidak terlalu tinggi dan berkulit putih merupakan siswi yang baru pindah ketika aku berada di Kelas 4. Kehadirannya cukup menjadi perhatian terutama anak laki-laki di kelas waktu itu. Jika dibandingkan denganku, dia termasuk anak orang berada. Tetapi tak tampak ada sikap sombong dan membeda-bedakan teman, meski sedikit keras kepala, setidaknya menurutku.
Selain penampilannya yang rapi, dan bersih perempuan yang sering disapa Dewi ini juga memiliki otak yang brilian, tentu saja itu ibarat bumi dengan langit jika dibandingkan dengan ku. Namun hal itulah yang membuat kisah ini menjadi menarik. Kehadirannya dikelasku memberikan efek yang tidak ku sadari.
Masih lekat di ingatan, waktu itu sistem pendidikan masih menganut sistem catur wulan (cawu), dan di cawu ke 3 untuk pertama kalinya dalam sejarah raportku tertera nomor rangking, nomor 4. Sebuah hal yang tentu saja membuat bingung tidak hanya aku tetapi juga seisi rumah. Mana mungkin anak bebal macam ku bisa tiba-tiba rangking 4, padahal sebelum-sebelumnya setiap pembagian raport nilai selalu pas-pasan bahkan tak jarang ada angka merah. Apalagi keanehan tersebut terus berlanjut hingga aku SMA.
Sulit mencari alasannya, karena guruku memang tidak salah memasukan nilai. Seingatku tak pernah pula aku kedukun, atau bertapa di gua. Apalagi menyontek karena aku termasuk yang bergengsi tinggi untuk hal semacam itu. Hal yang mungkin masih bisa diterima adalah karena si "anak baru" itu. Kehadirannya ternyata membangkitkan jiwa kompetisi yang selama ini tertidur pulas. Ya, sejak Dia hadir, entah kenapa di kelasku rajin kerja kelompok, diskusi atau sekedar ngumpul ngerjain PR bareng. Dan ada semangat baru yang muncul, yaitu semangat untuk menjadi juara, mulai dari hal terkecil mendapat nilai PR tertinggi, bisa menyelesaikan soal-soal tantangan di papan tulis hingga meraih nilau ulangan terbaik. Rasanya tak rela jika ada yang mendapat nilai lebih tinggi. Teman menjadi rival, manakala sudah berhadapan dengan soal-soal ujian.
Sebuah moment yang sangat ku rindukan, dan meski hanya bisa bersama kurang dari 3 tahun, jiwa kompetisi itu tetap bersemayam hingga aku duduk di bangku SMA. Dan ingin rasanya jika Dia masih hidup dan membaca postingan ini yang aku sangat yakin peluangnya tidak akan lebih besar dari 1%, Tuhan bisa mempertemukanku dengannya.
Selamat Ulang Tahun untuk Sahabatku Dewi Ratna Hasanah, 10 April 2013.
Masih lekat di ingatan, waktu itu sistem pendidikan masih menganut sistem catur wulan (cawu), dan di cawu ke 3 untuk pertama kalinya dalam sejarah raportku tertera nomor rangking, nomor 4. Sebuah hal yang tentu saja membuat bingung tidak hanya aku tetapi juga seisi rumah. Mana mungkin anak bebal macam ku bisa tiba-tiba rangking 4, padahal sebelum-sebelumnya setiap pembagian raport nilai selalu pas-pasan bahkan tak jarang ada angka merah. Apalagi keanehan tersebut terus berlanjut hingga aku SMA.
Sulit mencari alasannya, karena guruku memang tidak salah memasukan nilai. Seingatku tak pernah pula aku kedukun, atau bertapa di gua. Apalagi menyontek karena aku termasuk yang bergengsi tinggi untuk hal semacam itu. Hal yang mungkin masih bisa diterima adalah karena si "anak baru" itu. Kehadirannya ternyata membangkitkan jiwa kompetisi yang selama ini tertidur pulas. Ya, sejak Dia hadir, entah kenapa di kelasku rajin kerja kelompok, diskusi atau sekedar ngumpul ngerjain PR bareng. Dan ada semangat baru yang muncul, yaitu semangat untuk menjadi juara, mulai dari hal terkecil mendapat nilai PR tertinggi, bisa menyelesaikan soal-soal tantangan di papan tulis hingga meraih nilau ulangan terbaik. Rasanya tak rela jika ada yang mendapat nilai lebih tinggi. Teman menjadi rival, manakala sudah berhadapan dengan soal-soal ujian.
Sebuah moment yang sangat ku rindukan, dan meski hanya bisa bersama kurang dari 3 tahun, jiwa kompetisi itu tetap bersemayam hingga aku duduk di bangku SMA. Dan ingin rasanya jika Dia masih hidup dan membaca postingan ini yang aku sangat yakin peluangnya tidak akan lebih besar dari 1%, Tuhan bisa mempertemukanku dengannya.
Selamat Ulang Tahun untuk Sahabatku Dewi Ratna Hasanah, 10 April 2013.
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar