Mjumani.net - Ada banyak kenangan yang ku lalui bersama E1 -421, laptop yang ku gunakan sekarang. Sesungguhnya jika tidak karena tuntutan kebutuhan hidup dan jaman, rasanya enggan berpisah dengannya. Namun, era teknologi komputerisasi sekarang melaju seperti kuda yang lepas tali kekangnya, sulit untuk diimbangi. Dulu kurang lebih 4 tahun yang lalu, aku membeli laptop hanya sekedar sebagai pelengkap, asalkan bisa bermain dota, travian, game online atau facebookan, itu sudah cukup. Kini semua menjadi jauh berbeda, edit foto, film adalah dua diantara banyak pekerjaan yang sulit untuk bisa dibebankan pada laptop tua ini.
Antrian Kasir |
Barangkali tidaklah terlalu jahat kiranya jika belakangan ini aku bermaksud mencari "teman" baru. Teman yang bisa mengakomodasi tuntutan hidup di jaman yang empat tahun lebih maju. Tentu saja perkara ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Untuk mendapatkan spek seperti yang diinginkan setidaknya aku perlu menyiapkan 6-7 jutaan. Uang sejumah itu bisa aku kumpulkan hanya dalam waktu 2 bulan, andai saja aku mampu berpuasa. Puasa dari makan dan minum, membeli pulsa, membeli bbm, membeli paket internet, sepatu, baju, celana dan sebagainya. Dengan kata lain, aku perlu waktu lebih dari itu.
Hari ini, Senin (11/92017) setelah penantian panjang, aku membayangkan akan menenteng E5-475G i5 atau setidaknya E5-475G i3. Tapi Tuhan rupanya berkehendak lain, aku diminta bersabar.
Setelah mengambil sejumlah uang di ATM untuk menggenapkan budget, aku menuju salah satu pusat perbelanjaan pakaian di Banjarmasin, Pasar Tungging. Aku sudah merancang "skenario" perjalanan kali ini. Membeli beberapa lembar pakaian, kemudian mampir di toko Hp lalu kembali kerumah, menyiapkan beberapa barang yang harus di packing, kemudian isitrahat.
Oleh karena itu, sepulang dari berbelanja di Pasar Tungging, aku mampir di Gadgetmart yang memang masih satu jalur yaitu di Jl. Belitung. Toko yang satu ini memang sudah sangat familiar tidak hanya bagi warga Banjarmasin, tetapi juga luar Banjarmasin. Berbeda dengan dulu, saat ini Gadgetmart terus mengalami peningkatan tidak hanya sarana dan fasilitas gedungnya tetapi juga jenis gadget yang ditawarkan. Sebagai contoh, toko yang sudah menjelma jadi pusat perbelanjaan handphone ini, kini juga menyediakan beragam aksesoris Hp dan juga menjual beragam jenis laptop dan notebook.
Sejauh yang ku ingat, setidaknya aku pernah delapan kali berbelanja di tempat ini. Aku juga masih ingat Hp smartphone pertama yang ku beli adalah Mito A300. Saat itu Gadgetmart belum sebesar dan semaju sekarang. Terakhir, sebelum berencana membeli laptop di sini, aku berturut-turut membeli tiga varian smartphone Vivo, yakni Y55, V5 dan Y55S. Tempat ini memberikan pengalaman berbelanja yang cukup memuaskan, barangkali jika diminta memberikan rate dengan nilai 1-10 aku tidak keberatan memberikan angka 7 atau 8, khususnya dalam hal pelayanan. Lahan parkir yang luas dan gratis, serta keramahan karyawan sejak di pintu masuk adalah poin plus dalam penilaianku.
Sayangnya, nilaiku akan "sedikit" berubah karena kejadian malam ini. Sebuah hal yang barang kali terkesan sepele tetapi cukup menggores sebuah kekecewaan, dan yang terpenting semoga kejadian ini memberikan hikmah dan pembelajaran untukku pribadi, lebih-lebih jika juga digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak Gadgetmart dalam meningkatkan kualitas pelayanannya.
Beberapa menit sebelum pukul 19.00 Wita, aku memarkir motor di halaman belakang gedung lantas kemudian menuju ruang display laptop dan notebook. Ada cukup banyak merk dan type di sana, berdasarkan hasil observasi sehari sebelumnya yang telah disesuaikan dengan kondisi budget, sejatinya kali ini aku hanya tinggal menunjuk saja. Malangnya, incaranku ternyata sudah digaet orang. Akhirnya setelah satu dua menit berpikir aku menunjuk (kalau tidak salah) Acer E5-475G i3 warna grey. Laptop ini belum siap pakai, dengan esmitasi proses instal window dan lain sebagainya yang memakan waktu kurang lebih 2 jam paling cepat baru akan selesai pukul 21.00 Wita. Mengingat rencana berangkat ke luar kota, pagi keesokan harinya, proses ini harus selesai malam ini.
Dengan arahan salesman, aku pergi menemui salah satu karyawan yang memegang semacam nota pembelian. Setelah mencatat merk, type dan harga laptop yang akan dibeli, ia menyerahkannya kemudian memintaku pergi ke kasir. Sampai di sini semua berjalan normal dan lancar, seperti yang sudah-sudah. Masalah muncul ketika aku menyerahkan "nota" tersebut ke kasir, kemudian diminta menunggu panggilan. Aku masih sempat menengok jam di Hp ku yang saat itu masih menunjukan pukul 06.58 Wita, ketika duduk di bangku persis di depan meja kasir. Silih berganti, orang-orang yang duduk di sampingku maju, membayar dan mengambil gadget yang mereka beli di meja kasir.
Aku juga sempat melihat seorang lelaki paruh baya yang datang lima belas menitan setelah aku menyerahkan nota pembelian laptop, namun hanya berselang beberapa menit kemudian, ia sudah maju ke meja kasir, sedangkan aku masih melongo, memperhatikan dengan seksama setiap panggilan petugas kasir, berharap itu adalah panggilan untukku. Sesekali pandanganku tertuju pada tiga buah laptop yang diletakan tidak jauh dari meja kasir, dimana dua orang karyawan tampak sibuk mengutak-atik "toots" keyboard, barang kali merekalah teknisinya. Pukul 20.30 Wita, aku berpindah ke tempat duduk sebelah kanan, mendekati meja di mana tiga laptop tadi berada.
"Laptop, laptop acer!", petugas kasir itu memanggilku. Di sebelahnya, berdiri salah seorang karyawan yang kuduga adalah teknisi tadi.
"Maaf pak, warna grey-nya habis, mau diganti dengan warna lain?", ucap sang petugas kasir. Tangannya menenteng nota kuning yang 90 menit lalu ku serahkan. Aku terdiam sesaat, mataku tertuju pada salah satu latop yang ada di meja, Acer E5-475G i3 grey. Sang teknisi yang seakan bisa membaca isi kepalaku, mencoba menjelaskan.
"Ini sudah ada yang pesan duluan pak!", ujarnya. Aku masih tertegun, mencoba mencerna dengan jernih kejadian ini. Bagaimana mungkin, satu-satunya laptop yang ada lemari display, dan telah ku pesan sejak 90 menit lalu kini sudah di klaim orang lain?. Oke lah, aku mengambil alternatif ke dua, toh cuma masalah warna, walaupun sejujurnya ungu bukanlah warna favoritku. Sekali lagi, mengingat urusan ini harus kelar hari ini, akhirnya aku mengiyakan. Sang kasir memintaku duduk kembali sementara menyiapkan barang yang dimaksud.
Sang petugas kasir masih didampingi teknisi ketika aku maju untuk yang kedua kalinya. Mereka mengeluarkan laptop dengan type serupa dengan warna ungu dari boxnya. "Maaf pak, ini tidak bisa selesai hari ini, baru bisa diambil besok", si teknisi menjelaskan. Kali ini aku tidak bisa menutupi muka kekecewaanku. Maka ku jelaskan dengan sesederhana mungkin, bahwa tak mungkin bagiku mengambilnya lagi besok karena akan berangkat ke luar kota. Kami beradu argumen. Beberapa kalimat dari teknisi terdengar memojokkanku. Dia "menyalahkanku" karena baru mengorder pukul 20.30 Wita, dan untuk menginstal perlu waktu dua jam sehingga tidak akan selesai tepat waktu karena jam kerja berakhir pada pukul 21.00 wita. Ku jelaskan padanya, bahwa aku sudah mengorder sebelum jam 19.00 wita, yang artinya ada waktu kurang lebih tiga jam yang lebih dari cukup untuk proses instalisasi. Mendengar pernyataanku sang petugas kasir membela diri dengan alasan barang kali aku sudah dipanggil tetapi tidak mendengar karena tidak berada ditempat. Sebuah pembelaan yang sungguh diluar nalar. Pertama, aku tidak pernah meninggalkan tempat duduk dalam 90 menit terkahir, ke dua, petugas kasir itu pastinya mengenaliku karena saat memanggil langsung menatap kearahku, ke tiga, baik kursi sebelah kiri ataupun kanan aku tetap berada di depan meja kasir yang langsung bisa dilihat oleh petugas kasir.
Aku menganggap "debat" ini tidak ada gunanya. Aku meninggalkan meja kasir.
Sebelum pulang, aku kembali ke lemari display. Di sana aku bertemu dengan salesman yang kutemui sebelumnya. Setelah mendengar penjelasanku, ia mengajakku kembali ke meja kasir. Namun, aku masih mendengar kata-kata seperti sebelumnya. Sesuatu yang memojokkan dan menyalahkan, bukan sebaliknya upaya mencari win-win solusion atau jauh lebih pantas, pengakuan kesalahan. Aku meninggalkan mereka di meja kasir dengan menarik beberapa kesimpulan ;
1. "Mereka" tidak melayani dengan hati
2. Menutupi kesalahan dengan menyalahkan orang lain.
3. Tidak mau mengakui kesalahan
4. Masih memandang orang dari penampilan. Poin ini saya tarik setelah melihat laki-laki paruh baya yang saya sebutkan di atas. Orang ini berpenampilan seperti orang berada, dan sebuah kebetulan yang sangat kebetulan. Meski dia menyerahkan nota 15 menit setelah aku dia transaksi duluan.
Btw, pada akhirnya aku yakin tidak ada yang dirugikan dalam hal ini. Apalah artinya 90 menit menunggu dengan hasil "zonk" untuk orang biasa sepertiku. Rasa kecewa yang ku dapat hanyalah karena aku terlanjur menaruh percaya pada manusia, hamba tempatnya salah dan khilaf. Toh aku masih memegang uangku. Tentunya, kehilangan simpatik satu orang pelanggan juga tidak akan membuat toko itu merugi. Tulisan ini hanya untuk pengingat dan pengukuh keyakinan, bahwa di balik kejadian ini pasti ada hikmah dan rencana Tuhan yang jauh lebih indah.